
Ritual diawali dengan keliling desa yang di lakukan para pemuda desa setempat. Mereka membawa gunungan yang berisi hasil bumi seperti jagung, ketela dan aneka sayuran dan buah. Setelah keliling kampung, gunungan ini diarak menuju tuk babon yang terletak sekitar 1,5 kilometer di atas pemukiman warga.
Untuk menuju ke Tuk Babon tidaklah mudah, warga harus melewati jalan setapak yang berada di sisi tebing. Meski ditengah hujan gerimis ratusan warga ini tetap semangat dan khidmat mengikuti ritual yang digelar setiap tanggal 14 bulan Sapar, pada penanggalana Jawa ini. Sesampai di lokasi, rombongan ini disambut kelompok penari reog.
Prosesi ritual pun berlanjut di dekat sumber mata air yang menghidupi sekitar 7.500-an jiwa ini. Ketua adat yang memimpin langsung prosesi bersih desa di Tuk Babon. Setelah selesai ritual, acara dilanjutkan dengan pemaparan asal usul Tuk Babon oleh ketua adat. Warga dengan serius mengikuti pemaparan itu.
“Jangan sampai generasi muda di sini tidak tahu asal usul Tuk Babon, yang merupakan sumber penghidupan kita semua,” ungkap Ketua Adat, Kasno Samiaji.
Tuk Babon sendiri selama ini digunakan oleh warga di empat desa, yaitu Selo, Desa Samiran, Lencoh, Suroteleng, dan sebagian Desa Genting Kecamatan Cepogo.
Timlo
0 komentar:
Posting Komentar