Latest Post

Sudirman said calon Gubernur Jateng Sejak SD Hingga SMA selalu jadi Juara Kelas

Written By Boyolalikita on Kamis, 21 Desember 2017 | 17.49.00

Diumumkannya putra asal Brebes Sudirman Said yang berhasil duduk di jajaran kabinet kerja Jokowi-JK menjadi menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) ternyata mempunyai cerita sendiri bagi keluarganya yang berada di Desa Tegalagah Kecamatan Bulakamba.
 
Menurut kakak kandungnya Tanti Said, adiknya beserta dirinya memang kelahiran Desa Slatri Kecamatan Larangan dengan orang tua Said Soewito Harjono alsi Tegalagah dan Tarnyu wanita asli Desa Slatri. Bapaknya sendiri seorang Kepala SDN di Desa Sitanggal Larangan dan mempunyai 6 orang anak.

11 Acara Ramaikan Malam Tahun Baru Boyolali, Salah Satunya Hadirkan Ita Purnamasari

Perayaan pergantian tahun 2017 ke 2018 di Boyolali tahun ini bakal lebih meriah. Pemkab menggelar 11 acara di 14 tempat berbeda pada 31 Desember nanti.
 
Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali Wiwis Trisiwi Handayani mengatakan acara tersebut antara lain Boyolali Josss di kawasan Simpang Siaga (patung kuda), Musik Rock Akhir Tahun di Gelanggang Anuraga, Boyolali Kota, dan hiburan musik dangdut di empat kecamatan, yakni Cepogo, Kemusi, Klego dan Andong.
Menurutnya, Pemkab juga akan menghadirkan artis/seniman lokal seperti OM Kalimba serta artis nasional seperti Husein Alatas dan Ita Purnama Sari. “Pemkab akan menghadirkan Husein Alatas pada acara Boyolali Josss dan Ita Purnamasari pada acara Tembang Kenangan dan Kembang Api di Balai Sidang Mahesa, Boyolali Kota,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (12/12/2017).

Inilah daftar- Calon Gubernur Jateng 2018

Written By Boyolalikita on Selasa, 25 April 2017 | 20.27.00

Inilah Kandidat yang mempunyai potensi diusung pada pilkada Jateng 2018

1. Ganjar Pranowo sebagaimana dikutip Harian Semarang

2. Abdul Wachid (Ketua DPD Gerindra Jateng) sebagaimana dikutip Joglosemar

3. Marwan Ja'far (Mantan Menteri PDT/PKB) sebagimana dikutip dari Kompas

4.  Wisnu Suhardono, (Ketua DPD I Golkar/Jateng) sebagaimana dikutip Tribunnews

5.  Yoyok Sudibyo (Mantan Bupati Batang) sebagaimana dikutip Tribunews

6.  Abdul Kharis Al Masyhari (PKS, Anggota DPR)  Liputan6

PDIP Anggap Prabowo Bukan Pesaing Berat Jokowi di Pilpres 2019

Written By Boyolalikita on Senin, 24 April 2017 | 19.00.00

Pemilihan Presidem (Pilpres) 2019 masih 2 tahun lagi, namun Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto sudah digadang-gadang ikut serta dalam hajat tersebut, guna kembali bersaing dengan Joko Widodo (Jokowi).
Lantas bagaimana tanggapan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)?  Menurut Ketua DPP PDIP Hendrawan Supartikno bagi partai berlogo kepala banteng ini Prabowo tidak akan menjadi ancaman bagi Jokowi. 


"Iya enggaklah (Prabowo tidak menjadi ancaman bagi Jokowi dan PDIP)," ujar Hendrawan kepada JawaPos.com, Senin (24/4).

Anggota Komisi XI DPR ini bahkan berharap muncul sosok baru atau tokoh muda yang bisa bersaing dengan Jokowi di Pipres 2019 nanti. Pasalnya kata dia, kompetisi tidak menjadi menarik apabila Jokowi dan Prabowo subianto kembali bersaing di 2019. "Berharap muncul figur baru yang menarik sehingga panggung politik menarik untuk ditonton," katanya.

Lebih lanjut Hendrawan mengatakan, sampai saat ini PDIP belum memikirkan siapa pendamping Jokowi di 2019. Karena sedang fokus di Pilkada serentak di 2018 nanti.
Namun demikian ungkap Hendrawan, pendamping Jokowi adalah orang yang bersih latar belakangnya dan memiliki kopetensi baik sehingga bisa saling mengisi apabila dipercaya menjadi Presiden dan Wakil Presiden di 2019. "Diibaratkan seperti dua ban mobil, kalau bergeraknya sama kan berarti saling bersinergi," pungkasnya.

KPK Dinilai Hanya Berani ke PKS dan PPP, ke Golkar dan PDIP Mutar-mutar

Praktisi Hukum, Umar Husin menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya berani menindak oknum kader partai politik (parpol) yang kecil bila terjerat kasus korupsi. Namun takut bila sebaliknya.
 "Aparat hukum berani sama partai kecil, kalau seperti PKS, PPP (oknum kader partai politik) yang terlibat korupsi dan lain langsung disikat, kalau seperti Partai Golkar atau PDIP, mutar-mutar. Coba lihat kasus e-KTP sudah lama sekali," kata Umar, dalam acara diskusi bertajuk Partai Politik & Budaya Korupsi, di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2017).


Umar berujar, saat ini sudah seharusnya KPK berani membabat habis para pelaku korupsi termasuk kasus yang sedang santer saat ini. Yakni, kasus megakorupsi kartu penduduk berbasis korupsi (e-KTP).

"KPK harus berani, kalau KPK bisa sentuh yang punya kekuatan orang akan percaya," pungkasnya.

Beritajatim

Khidmat PKS untuk NKRI

Partai tak mungkin lepas dari bingkai NKRI. Bangsa Indonesia merdeka dengan jerih payah seluruh elemen dan anak bangsa. Nilai keindonesiaan itu yang harus dijaga kini.
BANGSA Indonesia sepakat mengagendakan sebuah perubahan besar dan menyeluruh dengan tajuk reformasi pada 1998. Arus besar tersebut memanggil anak-anak bangsa untuk turut mengikuti gelombang perubahan. Dalam ruh reformasi ini, lahir entitas politik baru bernama Partai Keadilan (PK) pada 20 April 1998 yang kemudian bertransformasi menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Hari ini, partai itu genap berusia 19 tahun. Umur yang sama dengan usia reformasi di Republik ini. Kelahiran partai tersebut sekaligus pengingat sejarah penting perjuangan rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan. Keterbukaan salah satu buah reformasi di mana masyarakat Indonesia terlatih menerima perbedaan dalam bingkai persatuan.
Sebagai anak kandung reformasi dan menginjak usia dewasa, partai ini meneguhkan kematangan. Keterbukaan menjadi semangat yang digaungkan. Keterbukaan dalam arti merangkul berbagai kelompok dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebuah keniscayaan jika Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dan kelompok. Bangsa ini adalah bangsa yang besar. Keberagaman adalah potensi. Tentu dengan catatan dipupuk dalam bingkai persatuan Indonesia. Bhineka tak boleh berdiri sendiri, tetapi harus dan wajib dirangkai dengan Tunggal Ika. Berbeda adalah kewajaran dan tunggal ika adalah perekatnya.
Kebhinekaan juga muncul dalam diri partai ini. Selama 19 tahun perjalanan diisi oleh berbagai individu yang fitrahnya tak bisa diseragamkan. Masing-masing memiliki kekhasan yang berbeda satu dengan yang lain. Ada beragam suku, kelompok, golongan, agama di tubuh partai. Masing-masing tak mungkin melepaskan identitasnya. Tak hanya putih, kuning dan hitam, tetapi menampung segala warna; Aceh memiliki karakteristik, Papua mempunyai sesuatu yang khas, demikian halnya dengan JawaTengah. Semuanya warna itu dipersatukan dalam garis tegas: NKRI.
Partai tak mungkin lepas dari bingkai NKRI. Bangsa Indonesia merdeka dengan jerih payah seluruh elemen dan anak bangsa. Nilai keindonesiaan itu yang harus dijaga kini. Partai ini berada dalam garis terdepan dalam membela NKRI.
Kedaulatan NKRI prioritas bagi stakeholder. Sebab, partai ini adalah anak kandung dari bumi pertiwi bernama Indonesia, terus menggaungkan semangat khidmat untuk rakyat, semangat melayani. Melihat kebutuhan orang lain terlebih dahulu menjadi sebuah prioritas.
Harus ada napas khidmat dalam setiap aktivitas seluruh kader . Khidmat sejatinya sudah dilakukan keluarga besar sejak awal berdiri. Itulah alasan partai ini hadir dalam berbagai bencana. Yakni membiasakan diri menemani perjalanan mudik Lebaran sebagai hajat besar bangsa ini dengan berbagai posko.
Segala energi untuk kerja-kerja itu digerakkan oleh energi cinta untuk negeri, sekecil apapun aksi tersebut.
Level Khidmat
Presiden PKS Mohammad Sohibul Iman dalam berbagai kesempatan menyebutkan setiap kader partainya wajib melakukan tiga level khidmat. Pertama pelayanan, kedua pemberdayaan dan advokasi, ketiga pembelaan. Dalam melakukan khidmat, PKS tidak memandang dari mana asal objek. Pesannya jelas; melayani, memberdayakan dan membela siapa saja yang mendapatkan ketidakadilan.
Subjeknya juga tak memandang level. Setiap keluarga besar partai mesti melakukan tiga level khidmat. Kader, simpatisan, pejabat publik dari PKS melakukan khidmat sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Tiga level khidmat yang digaungkan Presiden PKS itu selaras dengan sebuah filosofi besar di Jawa Melu handarbeni, meluhangrungkepi, mulat sarira ha ngrasa wani (ikut memiliki, ikut membela, melihat potensi diri untuk mengukur keberanian).
Ikut memiliki karena partai ini adalah bagian dari rakyat dan Indonesia. Bukan entitas lain yang sedang bertamu di Bumi Pertiwi. Ikut memiliki berarti seturut konsekuensi untuk turut menjaga, merawat dan membesarkan. Tentu saja bersama rakyat. Turut membela amat jelas dengan fungsi advokasi. Tugas pembelaan sudah dilakukan berbagai level kepemimpinan. Baik lewat struktur maupun lewat mimbar-mimbar parlemen dan pemerintahan daerah.
Kerja advokasi bukan kerja pembelaan membabi buta tanpa pertimbangan. Bukan pula asal berteriak demi mendapat perhatian. Kerja advokasi adalah kerja keberanian dengan segala pertimbangan. Mulat sariro hangrasa wani, melihat potensi diri untuk memunculkan keberanian. Selama 19 tahun PKS terus berusaha menjadikan diri bermanfaat bagi rakyat. (21)
Hadi Santoso, Ketua Bidang Humas DPW PKS Jawa Tengah

Tentang Nasehat Yang Menjerumuskan

Written By Boyolalikita on Rabu, 19 April 2017 | 18.41.00

Agama adalah nasihat. Ad-dinu an-nashihatu. Begitu Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Namun kita mesti memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terkait nasehat ini. 

Sebab terkadang melalui nasehatnya ada juga yang niatnya tidak baik. Diantaranya ingin menjerumuskan kepada kemaksiatan, kesalahan, kesesatan dan bahkan ke neraka. Oleh karenanya kita harus berdoa kepada Allah SWT agar kita selalu diberikan hidayah (petunjuk-NYA) selalu berada dalam jalan kebenaran dan diberikan perlindungan-NYA dari hal-hal yang bisa menyesatkan kita dari jalan-NYA.


Terkait dengan nasehat yang menyesatkan ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al A’raf:
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. 

Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, Maka syaitan membujuk keduanya (untuk makan memakan buah itu) dengan tipu daya … “ (Q.S. Al-A’raf: 20 – 22).

Ayat-ayat diatas memberi banyak pelajaran kepada kita, di antaranya:
Pada awalnya syetan menggoda nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa dengan cara berbisik-bisik. Fawaswasa lahuma. Kemudian mungkin karena ada tanda-tanda ketidak percayaan nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa kepada syetan, syetan pun lalu mempergunakan banyak penguat atas bisikannya itu, yaitu: Syetan mempergunakan jurus sumpah. 

Syetan bersumpah dengan nama Allah SWT. Dalam Bahasa Arab, sumpah merupakan satu bentuk penguatan atas kebenaran suatu informasi, bahkan penguat yang sangat kuat. Syetan mempergunakan penguat informasi dengan mempergunakan kosa kata “inna” (إِنِّيْ) yang berarti: sesungguhnya. Dalam Bahasa Arab, kosa kata “inna” merupakan satu bentuk penguatan atau ta’kid. Demi memperkuat dan memperkokoh kebenaran suatu informasi. Syetan mempergunakan huruf penguat informasi, huruf “lam” pada kalimat “laminan-nashihin”. Dalam Bahasa Arab, huruf “lam” ini pun merupakan satu bentuk penguatan atau ta’kid atas kebenaran suatu informasi.
Syetan pun mengatakan bahwa apa yang disampaikannya kepada nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa merupakan sebuah “nasihat”, yaitu upaya berbuat yang terbaik kepada nabiyullah Adam (AS) dan ibu Hawa, yang sama sekali “tidak ada kepentingan dan keuntungan apapun” bagi syetan. Klaim dia. Isi “nasihat”-nya pun tidak tanggung-tanggung: “Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. 

Menurut satu pendapat, bentuk kata: waqasamahuma menunjukkan bahwa ada pengulangan dan penguatan sumpah yang berulang kali yang dilakukan oleh syetan kepada nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa.
Namun, “nasihat” yang dilakukan dengan bersumpah berkali-kali itu, yang klaimnya dikatakan bahwa itu adalah sebuah “nasihat”, dalam arti, semuanya demi kepentingan dan kemaslahatan nabiyullah Adam AS dan ibu Hawa, serta sama sekali tidak ada kepentingan dan keuntungan sedikit pun bagi syetan, ternyata… ternyata, sesuatu dengan ayat Al-Qur’an ini, tidak lain adalah satu bentuk ighrar atau taghrir, satu bentuk tipuan yang sangat dahsyat dan berbahaya dari syetan. Istilah Al-Qur’an-nya: fadallahuma bighurur.

Dari ayat Al Quran diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa hendaklah kita senantiasa meningkatkan ilmu dan pemahaman kita. Pemahaman terhadap agama, pemahaman terhadap kenyataan yang ada (realitas), termasuk kenyataan yang mengatakan bahwa tidak semua pemberi nasihat adalah penasihat yang sebenarnya. 

Dan jangan lupa, selalu mensucikan jiwa, melakukan tazkiyatun-nafs, penyucian jiwa dari segala bentuk syubhat dan juga syahwat. Sebab, sering sekali, godaan itu mengenai diri kita karena faktor adanya syubhat dan syahwat ini. Dan jangan lupa pula, berdo’a dan memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan hidayah, bimbingan dan ri’ayah-Nya kepada kita, serta menjauhkan kita dari segala bentuk fitnah dan godaan syaitan yang terkutuk.

Keteladanan Visual untuk Anak

Anak-anak selalu cepat merespon dari apa yang dilihatnya. Mau berjibun kita gunakan kata, bagi mereka tampilan visual akan lebih dipahaminya. Seakan fitrah mereka paham atas teori Profesor Meritus Psikologi UCLA, Albert Mehrabian.

Tahun 1971, Mehrabian melalui penelitiannya memaparkan, bahwa persentase terbesar yang mempengaruhi komunikasi adalah bahasa tubuh; 55 %. Disusul intonasi 38% dan yang paling kecil, kata 7 %. Jika kita singkat dengan istilah yang mudah diingat, 3V (verbal, vocal dan visual). Ya, visual mengungguli dari ketiga faktor penentu komunikasi.
Terkait teori ini, saya harus belajar ikhlas menghadapi kecerdasan fitrah anak saya, Imam Ahmad. Kecerdasan fitrah ini berlaku bagi anak-anak yang lain. Tak mudah meruntuhkan kesimpulan ‘visual’ yang telah hadir di benak dan hati mereka. Bagi mereka, yang terlihat adalah fakta absolut.

Jika saya pulang membawa sesuatu yang Imam suka, maka ia akan berlari menyambut di depan pintu. Tangan gemuknya akan meraih kotak atau bungkusan plastik yang saya bawa. Tak lupa ia berujar, “Ma-asih ya bi..,” ujarnya sembari tersenyum. Setelah itu, bocah yang kini berusia 2 tahun 4 bulan ini, biasanya berjalan cepat menuju umminya. Antusias melihatkan apa yang dibawanya. “Ummii..Abi bawa ini mii….” Kemudian umminya bertanya, “Wah, siapa yang belikan ini?” Imam pun menjawab spontan, “Abiii…” Begitulah hal yang biasa terjadi.
Senin, 6 Maret 2017 saya menerima unggahan foto via WA dari istri. Di foto itu, terlihat wajah sumringah Imam dengan topi barunya. Topi BoBoiBoy varian Halilintar bertengger di kepalanya. Topi itu biasa dipakai oleh tokoh kartun kesukaannya. Beberapa hari yang lalu saya membelinya via online.
Topi dengan warna dasar hitam bercorak merah putih itu, diantar seorang kurir ke rumah kami. Layanan standar bagi setiap pembelian via Online. Istri saya yang menerimanya. Saya sedang di luar rumah saat itu. Imam melihat langsung saat topi itu diantarkan dalam kotak. Ternyata, melalui pelayanan ini kisah menarik hadir.

Hingga esok harinya, Selasa 7 Maret 2017. Setiap kali imam ditanya, siapa yang membelikan topi barunya, ia akan menjawab dengan lugas, “Oom.”. Berulangkali umminya menjelaskan sejak kemarin, “Nak, topi ini Abi yang belikan. Jadi topi ini dari Abi. Oom hanya bantu mengantarkan,” jelas istri saya dengan lemah lembut. Khas intonasi persuasif. Imam pun terdiam. Tampak dari wajahnya berusaha mencerna perkataan umminya. Saya hanya memperhatikan dengan seksama.

Beberapa waktu kemudian, umminya Imam bertanya lagi. “Nak, topi ini siapa yang belikan?” Berulang kali pertanyaan itu hadir, jawaban imam selalu sama, “Oom”. Baginya, siapa yang mengantarkan, itulah yang membelikan, itu yang memberikan. Proses itu ia lihat langsung.
Bagaimanapun juga, tampilan visual 55 % akan mengungguli 7% plus 38%. Benarlah petuah orang tua kita, bahwa orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Teladan itu indentik dengan yang terlihat, bukan yang terucap atau yang didengar. Persis.
Bayangkan saat anak-anak kita, dilarang merokok. Sementara ada anggota keluarganya menyuguhkan tampilan visual kebalikan. Bayangkan saat anak-anak kita seakan dihalau ke masjid untuk didikan subuh. Sementara anggota sepuh di keluarga terlihat asyik menghalau dengkur ke langit-langit kamar. Bayangkan saat anak-anak kita diminta belajar ‘mengaji’ Alquran bersama ustadz. Sementara orangtuanya sibuk ‘mengkaji’ ustadz yang sampaikan petuah tak sesuai seleranya. Padahal petuah itu dari Al-qur’an. Akhirnya Al-Ahzab 59 dan An-Nur 31 tak sudah-sudah dikaji. Dikaji, tanpa aplikasi. Meski akhirnya anak sudah selesai pula khatam Al-Quran.


Wah, banyak hal akhirnya yang kita bayangkan. Kecemasan tiba-tiba menyeruak. Berbahaya jika setiap hari keteladan visual yang kita suguhkan ke anak-anak merusak karakternya. Bukan karena mereka susah memahami diberitahu yang baik. Tapi tampilan visual lebih efektif sekaligus efisien memberitahu kepada mereka. Itulah keteladan orang tua.


Rabu 8 Maret 2017. Baru saja terbangun di pagi hari, anak saya Imam, mencari topinya. Ia tak sabar untuk memakainya. Tadi malam, waktu hendak tidur ia tetap memakainya. Saya bantu carikan dan saya dapati terselip di tepi kasur. Saya serahkan dengan kedua tangan ke arahnya. Seperti biasa ia spontan menjawab, “Ma-asih ya bii..” Setelah itu dengan rasa penasaran saya bertanya, “Topi ini siapa yang belikan nak?” Imam menatap saya sejenak. Kemudian, bibirnya berucap, “Oom..”

Akhirnya, melalui peristiwa ini saya tidak hanya belajar ikhlas. Atas izin Allah, saya juga diingatkan tentang pentingnya keteladanan orangtua. Semoga Allah bantu menjaga kita sebagai orangtua, atas ikhtiar maksimal, menampilkan visual keteladanan terbaik bagi anak-anak. Aamiin.



Sumber: dakwatuna.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger