Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Ampel Boyolali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ampel Boyolali. Tampilkan semua postingan

Melihat Peternakan Sapi Perah di Banyuanyar, Boyolali

Written By Boyolalikita on Rabu, 15 Februari 2017 | 22.53.00


Boyolali terkenal dengan berbagai produk unggulan yang salah satunya adalah susu. Salah satu desa penghasil susu adalah desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Sebagian penduduk desa ini berprofesi sebagai peternak sapi perah. Satu kepala keluarga bisa memiliki belasan bahkan puluhan sapi perah yang menghasilkan ratusan liter susu segar per harinya.

"Di kandang ini ada dua puluh sapi, per harinya bisa menghasilkan hingga 150 liter susu. Masalah distribusi, kami menyetor kepada koperasi, jadi sudah sangat lengkap di sini baik produksi dan distribusi," ucap Pak Warto salah satu peternak sapi desa setempat


Ia menjelaskan bahwa produksi susu tersebut dapat diolah menjadi Yoghurt yang akhirnya menjadi ciri khas desa ini sebagai salah satu penghasil Yoghurt terbaik di Jawa Tengah.

"Salah satu olahan susu sapi di sini adalah yoghurt. Proses pembuatan yoghurt sendiri antara 4 sampai 6 jam. Ada beberapa produk olahan yoghurt yang dihasilkan di sini, seperti es lilin yoghurt, es krim yoghurt dan yoghurt asli itu sendiri. Harganya mulai Rp 1.000 hingga Rp 10.000 paling mahal. Yoghurt kami dapat bertahan hingga 40 hari bahkan 60 hari kalau disimpan di Freezer," Ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa maksimalnya sektor peternakan di desa ini dapat menstabilkan dan meningkatkan perekonomian warga. Selain sapi, ada juga beberapa warga yang beternak kambing.

Ampel : Kopi Robusta dan Arabica di Desa Banyuanyar, Boyolali


Tidak banyak orang tahu jika Boyolali selain penghasil susu terbaik di Indonesia juga merupakan penghasil kopi berkualitas tinggi. Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali misalnya, desa ini merupakan penghasil kopi terbaik di Boyolali.



Sekitar 10 hektar lahan pertanian di sini digunakan sebagai budidaya kopi. Selain itu, beberapa masyarakat juga menanam kopi di pekarangan rumahnya sehingga penggunaan lahan di desa ini benar-benar efisien dan bermanfaat secara maksimal dengan kata lain tidak ada lahan kosong yang terbengkalai.


"Kopi di sini berbeda dengan kopi pada umumnya, selain lebih kental, ada rempah- rempah khusus yang membuat cita rasa kopi di sini menjadi luar biasa. Untuk harga kemasan 50 gram harganya Rp 3.500 dan untuk kemasan 100 gram harganya Rp 8.000. Jika misalnya belum menemukan di pasaran bisa langsung datang ke sini atau menghubungi kami via telepon untuk pemesanan," ucap Warto salah satu pelaku usaha kopi desa setempat saat ditemui Jitunews.com.


Tak hanya itu, kulit kopi yang merupakan limbah produksi tidak dibuang begitu saja, akan tetapi dimanfaatkan sebagai pakan ternak setelah difermentasikan dan dicampur bahan lain. Dengan begitu semua unsur kopi akan bermanfaat dan tidak ada sisa produksi yang terbuang sia-sia

Warga Ampel Tepergok Simpan Sabu-Sabu di Rumah

Written By Boyolalikita on Minggu, 29 Januari 2017 | 23.15.00

Polisi menangkap Mulyono, 45, warga Dukuh Malangan RT 004/RW 005, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Boyolali, karena kedapatan menyimpan dan memiliki narkoba jenis sabu-sabu (SS) seberat 0,52 gram, Selasa (10/1/2017).

Kapolres Boyolali, AKBP M. Agung Suyono, melalui Kasatnarkoba, AKP Erwin Darminta, dalam keterangan pers yang diterima Jumat (27/1/2017), mengatakan kasus penyalahgunaan narkotika terungkap saat Satuan Narkoba Polres Boyolali mendapatkan informasi akan ada transaksi narkotika di wilayah Ampel tepatnya di rumah pelaku.

Aparat terus melakukan pengamatan sampai akhirnya bertindak masuk ke rumah yang dicurigai. Seorang laki-laki yang tak lain adalah Mulyono berada di dalam rumah dan langsung digeledah aparat.
Dari tangan Mulyono, polisi menemukan satu bungkus rokok yang berisi satu paket serbuk kristal putih dalam plastik klip bening yang diduga narkoba golongan I jenis sabu-sabu yang kemudian dibungkus dalam grenjeng rokok.
Petugas juga menemukan satu buah bong terbuat dari botol bekas minuman larutan penyegar yang dirangkai dengan dua buah sedotan yang salah satu ujung sedotannya dirangkai dengan satu buah pipet kaca.
“Barang bukti lain yang kami temukan kemudian kami sita adalah satu buah sedotan yang dipotong runcing, satu korek api gas, uang Rp100.000 dan satu buah ponsel beserta kartu sim,” kata dia.
Mulyono ditetapkan sebagai tersangka dengan status sebagai pengguna/pemakai narkotika. Pelaku dijerat Pasal 114 ayat (1), Pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. HArian jogja

Hii.....Warga Ampel Malah Menemukan Jasad Bayi Pas Kerja Bakti

Written By Boyolalikita on Jumat, 09 Desember 2016 | 19.42.00

Warga Dukuh Ledok RT 03  RW II, Desa Candi, Kecamatan Ampel digemparkan dengan penemuan jasad bayi laki-laki, Jumat (9/12) pagi. Sesosok bayi tak bernyawa itu ditemukan salah satu warga, Suparjo (55) saat kerja bakti bersama di tanah kas desa setempat.
Informasi yang diterima Joglosemar menyebutkan, jasad bayi laki-laki tersebut ditemukan sekitar pukul 08.00 WIB. Saat kerja bakti lingkungan itu berlangsung, salah seorang warga, Suparjo (55), menemukan bungkusan plastik warna hitam.
Semula dia mengira bungkusan tersebut berisi gajih sapi. Mengingat di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP), sering menjadi tempat pembuangan gajih sapi. Kemudian, bungkusan plastik hitam yang dikira gajih sapi itu diberikan ke warga lainnya, Parji (55).

Penasaran dengan isinya, Parji pun lantas membuka bungkusan plastik tersebut. Alangkah kagetnya dia, saat menemukan isi bungkusan plastik itu ternyata berisi orok bayi laki-laki yang masih lengkap dengan ari-arinya. Parji langsung berteriak kaget dan mengundang perhatian warga lainnya.
Saat ditemukan itu, kondisi jasad bayi tidak berdosa itu yang sudah membiru.Kejadian tersebut langsung membuat gempar warga. Kejadian tersebut lantas segera dilaporkan ke Polsek Ampel. Kapolres Boyolali, AKBP M Agung Suyono melalui Kapolsek Ampel, AKP Sukamto membenarkan penemuan jasad bayi tersebut.
Menurut Kapolsek, saat ditemukan bayi berjenis kelamin laki-laki itu sudah dalam keadaan tewas. Sementara dari hasil pemeriksaan tim medis Puskesmas I Ampel, bayi itu diperkirakan baru saja dilahirkan dan ari-arinya juga yang belum dipotong.
“Tidak ada tanda penganiayaan pada jasad bayi. Diperkirakan dibuang sekitar 5 jam sebelum ditemukan,” terang Kapolsek.
Kapolsek menambahkan, pihaknya sudah memeriksa TKP dan meminta keterangan dari sejumlah saksi-saksi. Selain itu pihaknya juga mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain kantong plastik warna hitam, taplak meja warna merah, serta sarung coklat yang digunakan untuk membungkus. Sedangkan jasad bayi malang tersebut kemudian dibawa ke RS Moewardi Surakarta untuk dilakukan otopsi.
“Kami masih menyelidiki kasus ini. Mudah-mudahan siapa ibu bayi itu dan siapa pelaku yang tega membuangnya bisa segera terungkap,”. Kasus ini menambah daftar panjang kasus pembuangan bayi di wilayah Hukum Polres Boyolali. Belum lama ini warga Dukuh Randukuning, Glintang, Kecamatan sambi juga digemparkan dengan penemuan bayi laki-laki yang dibuang di selokan. JS

Harga Pakan yang tinggi sebab Hijrahnya Peternak Susu ke Pedaging

Written By Boyolalikita on Rabu, 23 November 2016 | 00.51.00

Kota Susu Boyolali mulai kehilangan satu per satu peternak sapi perahnya 
Salah satu Mantan peternak sapi perah Agus Wibowo dari Dusun Dungus, Desa Seboto Kecamatan Ampel Boyolali yang beralih profesi menjadi peternak sapi potong. mengatakan, biaya pakan sapi perah tinggi menjadi alasan utama peralihan profesi. Biaya pakan tersebut tidak sebanding dengan rendahnya harga jual susu di tingkat peternak.


"Sehari itu biaya pakan Rp30 ribu per ekor, itu biaya operasional. Untuk produksi susu per hari mencapai 8 liter per ekor. Artinya kalau susu dijual Rp4.000 per liter, jadi Rp32 ribu. Selisihnya tipis, tapi ini belum hitung tenaga kerja dan lainnya," jelasnya di Areal Kandang Ternak Sapi, Desa Seboto Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (23/11/2016).

Karena hal tersebut, dirinya bersama peternak sapi perah lainnya memutuskan beralih ke pedaging atau sapi potong. Agus mengaku sudah delapan bulan ini menjadi pedaging.
Menurutnya, profesi ini lebih jelas biaya operasionalnya ketimbang peternak sapi perah. Misalnya, target penggemukan sapi bakalan selama lima bulan, artinya biaya yang mesti disiapkan hanya lima bulan saja.
"Biaya operasional pedaging Rp22 ribu per ekor per harinya. Pas jualnya kita bisa tentukan di moment-moment," ujarnya.
Sekedar informasi, berdasarkan data Koperasi Unit Desa (KUD) Karangnongko, harga susu di tingkat peternak paling rendah sekira Rp4.000 per liter dan paling tinggi Rp4.800 per liter.
  

Inilah Porselen dari Boyolali yang merambah ke Eropa

Written By Boyolalikita on Minggu, 23 Oktober 2016 | 21.43.00

Roy Wibisono, Nuanza Porcelen
foto rumah umkm
Meskipun masih berkategori usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), produk Nuanza Porselen Indonesia mampu merambah pasar ekspor. Produk porselen asal Dukuh Dedegan, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel ini disukai karena dinilai khas. Sejumlah negara yang telah memesan produk berbahan dasar porselen ini adalah Denmark, Belanda, Swiss, India dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk lokal, kebanyakan pengusaha restoran, hotel dan resort. ”Pangsa pasar produk kami dari dalam negeri dan luar negeri atau ekspor. Konsumen lokal kebanyakan yang menggunakan resort, restoran, dan hotel,” ujar Direktur Nuansa Porcelen Indonesia, Roy Wibisono saat menerima kunjungan kerja Bupati Seno Samodro, kemarin.

Menurut Roy, usaha ini digeluti sejak enam tahun silam di Tangerang. Namun kemudian usaha tersebut pindah di Boyolali dengan menyewa gedung di wilayah Ampel selama hampir dua tahun sebagai tempat produksi. Namun sejak November lalu sudah menempati tempat usaha sendiri. Dia juga memiliki 50 karyawan produksi, yang sebagian besar berasal dari lingkungan sekitar pabrik. Usaha itu mampu memproduksi 20.000 porselen dalam sebulan.

Terima Pesanan
Dalam kesempatan yang sama, Marketing Nuanza, Oktavianus Dwi Wahyu mengatakan, jenis produk yang dibuat berupa keramik asesori sepert tile mozaik, tile dekorasi tembok, tile tiga dimensi, piring, teko, trofi, dan patung. ”Produk kami dapat dibeli siapa pun secara eceran.” Harga produk bervariasi mulai Rp 20 ribu sampai dengan puluhan juta rupiah.
Bahkan, konsumen bisa membawa contoh dan model produk sendiri. ”Kami siap melayani pesanan dalam bentuk apa pun.” Bupati Seno Samodro menyambut positif usaha yang digeluti masyarakat. Pihaknya juga siap mendukung produk khas Boyolali agar mendunia. Salah satunya dengan melebarkan jalan masuk di Ngadirojo. ”Jalan itu bisa dilalui trailer sekarang.” Bupati juga mewacanakan wilayah Ngadirojo menjadi kawasan berikat. Hal itu untuk mempermudah proses pengurusan dokumen ekspor, tanpa harus ke Semarang atau Jakarta. ”UMKM dan perusahaan bakal diberi kesempatan mengikuti pameran, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Ampel : Tentara Manunggal Masuk Desa Bangun Akses Jalur Perekonomian Warga Tiga Dusun

Written By Boyolalikita on Selasa, 20 September 2016 | 19.29.00

Program Tentara Manunggal Membangun Desa TMMD Reguler ke 97 digelar di Desa Ngangrong, Kecamatan Ampel, Boyolali selama 30 hari. Sasaran utama TMMD kali ini adalah membangun jalur perekonomian warga yang menghubungkan tiga dusun.

“Selama ini jalur yang ada kondisinya belum diaspal, kalau hujan turun sangat berbahaya, licin,” kata Pj Kades Ngangrong, Supardi, dicopas dari timlo

Padahal, lanjut Supardi, akses jalur tersebut merupakan jalur utama bagi warga untuk menjual hasil pertanian ke pasar. Selain itu, juga merupakan akses utama bagi anak-anak sekolah dan merupakan jalur evakuasi bila Gunung Merapi meletus. Akses jalan tersebut menghubungkan Dukuh Ngangrong, Tumpak dan Dukuh.
“Panjang jalan mencapai 1.600 meter yang nantinya akan dilakukan betonisasi,” tambahnya.
Menurut Komandan Kodim 0724/Boyolali, Letkol Arh Nova Mahanes, mengungkapkan selain betonsasi, juga akan dilakukan sejumlah program, seperti jambanisasi, pemugaran rumah dan perbaikan saluran irigasi. Selain kegiatan fisik, kegiatan non fisik bisa membantu mendorong pemberdayaan masyarakat. Dimana rakyat desa memiliki kemampuan mandiri untuk menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan.
“Harapan kita, TNI dan warga bisa sinergis dalam menjalankan program pembangunan ini,” ujarnya.
Pembukaan TMMD ke 97 digelar di Lapangan Ngangrong, dihadiri Komandan Korem 074/ Warastratama Kolonel Maruli Simanjuntak dan Wakil Bupati Boyolali Said Hidayat.

Warga Ampel Tewas Gantung Diri di Pohon Kopi

Written By Boyolalikita on Rabu, 19 Februari 2014 | 00.02.00


ilustrasi gantung diri (JIBI/Solopos/Dok.)

BOYOLALI — Seorang perempuan berusia 55 tahun, Siponse, warga Dukuh Asri Mulyo, Candisari, Ampel, Boyolali, Jumat (31/1/2014), nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Dia ditemukan tewas oleh anaknya sendiri Slamet Suwarno, 30, dengan kondisi leher tergantung di pohon kopi dekat rumahnya.
Slamet pun langsung melaporkan kejadian yang menimpa ibunya itu ke Mapolsek Ampel. Polisi yang segera datang dan melakukan pemeriksaan menyatakan tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban.

Kendati demikian, belum dipastikan motif dari aksi nekat Siponse tersebut. Informasi yang dihimpun Solopos.com, korban menghadapi beberapa permasalahan salah satunya masalah ekonomi. Tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa yang bersangkutan pernah mengalami gangguan jiwa.
Kapolsek Ampel AKP Marjoko tampak datang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi kejadian bersama petugas Puskesmas Ampel 1. Diketahui korban memakai sehelai kain selendang berwarna biru sepanjang tiga meter untuk melakukan aksi bunuh diri itu.
“Karena tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan jenazah korban langsung diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” kata Marjoko, Sabtu (1/2/2014).

Sampah Pasar Ampel Membeludak

Written By Boyolalikita on Selasa, 18 Februari 2014 | 18.40.00


Pengendara melintas jalan keluar Pasar Umum Ampel yang sebagian badan jalan sudah dipenuhi sampah, Kamis (6/2/2014).(JIBI/Solopos/Hijriyah Al Wakhidah)

BOYOLALI–Tumpukan sampah di Pasar Umum Ampel semakin membeludak. Selain memakan sebagian badan jalan keluar pasar, tumpukan sampah tersebut juga mulai menimbulkan polusi.
Dari pantauan solopos.com, di lokasi Kamis (6/2/2014), tumpukan sampah baik sampah basah dan kering juga mulai meluber ke jalan utama Ampel-Boyolali. Sementara, satu bak truk sampah yang berada di lokasi justru tidak dipakai.
Tumpukan sampah di Pasar Umum Ampel itu tidak hanya di satu titik lokasi. Pengelolaan sampah yang kurang baik membuat pedagang membuang sampah sembarangan dan menjadikan setiap sudut pasar sebagai tempat pembuangan sampah.

Salah seorang sopir angkutan kota yang setiap hari mangkal di depan Pasar Umum Ampel, Eko, menyampaikan sampah di depan pasar sudah sangat mengganggu pengunjung. “Tidak hanya bau dan pemandangan yang kurang sedap, tetapi juga berpotensi mengganggu kesehatan pengunjung pasar,” kata Eko, Kamis.
Keluhan yang sama juga disampaikan pedagang kaki lima yang juga berjualan di depan pasar, Eko Purwanto. Pihaknya berharap dinas terkait bisa segera mengatasi sampah yang sudah over load itu. “Baunya yang tidak sedap mulai tercium kemana-mana. Bagi saya pedagang makanan minuman, kondisi sampah ini bikin tidak nyaman.”
Kepala UPTD Pasar Umum Ampel, Teguh Siswanto, menyampaikan pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan (Disperindag), Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU dan ESDM) terkait pengelolaan sampah di Pasar Umum Ampel.
“Memang dalam koordinasi itu, sampah di Pasar Ampel ini jadi sorotan utama,” kata Teguh, ditemui terpisah.
Dia mengatakan, sebenarnya selama ini sampah di depan pasar itu sudah rutin di ambil oleh truk sampah milik Disperindag. Setiap periode lima hari, sampah itu diambil dua kali untuk dibuang ke TPA Winong. Hanya saja, volume sampah itu memang tidak secara signifikan bisa berkurang. Karena, yang membuang sampah di pasar tersebut tidak hanya pedagang di Pasar Ampel bahkan dari luar daerah, seperti Sruwen dan Tengaran banyak yang membuang sampah di Pasar Ampel.
“Jadi kalau hanya satu truk, dengan tenaga minim, paling sehari buang hanya bisa dua kali bolak balik. Maka dari itu, kami telah berkoordinasi dengan DPU agar nanti ada armada kontainer yang lebih representatif untuk mengangkut sampah sebanyak itu.”
Hanya saja, lanjut Teguh, untuk realisasi armada dam truk sampah ini kemungkinan baru bulan April. Akan tetapi, tumpukan sampah itu harus segera ditangani tanpa harus menunggu April. Sehingga dalam waktu dekat pihak UPTD Pasar Umum bersama DPU ESDM dan pihak kecamatan akan bekerja sama membersihkan depan pasar dari sampah liar itu.
“DPU akan menyediakan armada, kecamatan bantuan dana dan kami akan sediakan tenaga bersih-bersih.”
Camat Ampel, Suharto, membenarkan sampah di Pasar Ampel itu harus segera ditangani. “Kami sudah berkoordinasi dengan DPU ESDM, Disperindag dan UPTD terkait. Dalam waktu dekat akan kami tangani.”

Kondisi Umum Kecamatan Ampel Boyolali

Written By Boyolalikita on Sabtu, 23 November 2013 | 19.15.00

Kecamatan Ampel merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Boyolali yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara : Kabupaten Semarang, sebelah Selatan : Kabupaten Semarang, sebelah Timur : Kecamatan Cepogo, sebelah Barat : Kecamatan Selo, Kabupaten Magelang. Kecamatan Ampel terdiri dari 20 desa, 358 Dukuh, 149 RW dan 539 RT. Adapun luas wilayahnya seluas 8.468,0571 Ha.
Kecamatan Ampel terletak pada ketinggian 520 – 1.840 meter diatas permukaan air laut ( mpdl ), dan memiliki temperatur udara rata-rata antara 26C – 30C. Curah hujan tertinggi muncul antara bulan Desember – Maret, berkisar antara 300 – 350 mm per bulan, sehingga pada bulan-bulan tersebut perlu diwaspadai desa-desa yang berada di lereng Gunung Merbabu karena rawan terjadi tanah longsor. Desa-desa tersebut yaitu Jlarem, Sampetan, Ngadirojo, Ngargoloko, Candisari dan Ngagrong. Pada waktu musim kemarau 6 desa tersebut juga harus extra hati-hati karena juga rawan terhadap bencana kebakaran. 


Terdapat 20 Desa Di Kecamatan Ampel Yaitu : Urut Sewu, Gondang Slamet, Ngampon, Ngenden, Selodoko, Candi, Sidomulyo, Ngargosari, Banyuanyar, Seboto, Tanduk, Gladagsari, Candisari, Ngagrong, Kaligentong, Ngadirojo, Sampetan dan Jlarem. Penduduk di Kecamatan Ampel mayoritas beragama Islam ( 92 % ), Kristen / Katholik ( 4,52 % ) sedangkan Hindu – Budha ( 3,95 % ). Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ampel mayoritas pada sektor pertanian 21,94 %, perkebunan sekitar 0,24 %, peternakan 3,42 %, industry 0,7 %, sedangkan yang lainnya tersebar pada sektor perdagangan, jasa, angkutan dan lain-lain.

Secara sosial budaya terdapat beberapa kegiatan yang sudah mengakar dan ternyata menjadi sebuah tradisi yang diselenggarakan setiap tahunnya. Hal tersebut antara lain Sadranan sebagai wujud pemersatu silaturahmi yang dilaksanakan pada bulan- bulan tertentu. Contohnya pada bulan jawa Ruwah. Selain itu ada kegiatan Merti Desa yaitu kegiatan selamatan setelah melaksanakan kegiatan desa, hal tersebut juga bermakna sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. 

Kelompok kesenian reog yang sangat menjamur bermunculan di Kecamatan Ampel. Hal itu dapat dilihat pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 63 Tahun 2008 di Kecamatan Ampel dilaksanakan lomba reog, ternyata animo peserta dari desa se Kecamatan Ampel sangat antusias. Sebagai bukti bahwa Kesenian Reog di Kecamatan Ampel sangat prospektif adalah dengan dimenangkannya Lomba Reog Tingkat. Kabupaten Boyolali di Bumi Perkemahan Indraprastha Desa Candisari Kecamatan Ampel pada Tahun 2008 oleh Grup Kesenian Reog “WAHYU BUDOYO” dari Desa Ngagrong Kecamatan Ampel.

Lokasi Wisata ada beberapa antara lain : Arboretum desa Sampetan, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, Pertapaan Guolelo, Gua Jepang di Ngagrong dan Bumi Perkemahan Indraprasta. dan masih banyak lagi.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger