Varietas padi menggunakan rekayasa teknologi nuklir buatan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) membuahkan hasil yang memuaskan. Dalam satu hektar lahan, padi ini bisa menghasilkan 10 ton gabah. Sedangkan varietas padi biasa hanya menghasilkan 7 ton gabah saja.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, varietas padi ini nantinya akan disebar keseluruh Indonesia.
"Selama ini, hasil produksi tanaman padi per hektarenya berkisar 7-8 ton gabah, sedangkan varietas padi yang dihasilkan lewat rekayasa teknologi nuklir bisa mencapai 10 ton gabah," ujar Nasir seperti dilansir Antara, Senin (6/7).
Uji coba penanaman varietas padi ini telah dilakukan di Kabupaten Boyolali. Bahkan hasil gabah di Boyolali lebih tinggi karena per hektare tanaman padinya bisa menghasilkan 11 ton lebih. Nasir berkesimpulan, hasil riset tanaman padi yang dilakukan Batan sudah baik. Varietas padi unggul sudah dikembangkan di Jawa Barat, Jateng, Jatim, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera.
"Kami juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sehingga nantinya semua daerah bisa meningkatkan produktivitas tanaman padinya," sambung Nasir.
Nantinya, daerah akan menangkarkan dulu, setelah berhasil baru disebarluaskan ke petani dalam bentuk pemberian bantuan bibit tanaman padi unggul. Selain itu, pengembangan juga dilakukan BATAN pada komoditas kedelai, khususnya kedelai hitam, dengan harapan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
"Kedelai yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu dan tempe juga dikembangkan," ujarnya.
Uji coba tanaman kedelai untuk Jateng salah satunya dilakukan di Kabupaten Grobogan, sedangkan Jawa Timur di Kabupaten Lamongan. Hasil pengembangan Batan dalam menghasilkan varietas kedelai unggul akan mempengaruhi masa panen, di mana panennya bisa mencapai empat ton per hektare, dibandingkan dengan sebelumnya berkisar 2,5-3 ton.
0 komentar:
Posting Komentar