Warga lereng Gunung Merapi-Merbabu mengembangkan teknologi sederhana tepat guna untuk menghadapi krisi air bersih.
Sederhana, alat tersebut hanya terbuat dari paranet yang dibentangkan di ketinggian. Fungsinya untuk menangkap kabut yang menyelimuti lereng gunung itu.
Kabut yang “terperangkap” tersebut akan berubah menjadi embun dan akhirnya menetes. Nah, di bawah bentangan paranet tersebut, dipasang talang sebagai tempat penampungan tetasan embun itu.
Sukardi, warga Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali sudah menerapkan teknologi sederhana ini.
Relawan desa PMI Boyolali ini menilai, teknologi ini ternyata berfungsi dengan cukup baik. Setidaknya, dari bentangan paranet selebar 3×15 meter bisa menghasilkan satu jeriken air setiap harinya.
“Tekniknya adalah menjaring kabut yang berisi titik-titik air embun. Sehingga cara ini akan efektif dipasang di ketinggian tertentu di lereng pegunungan,” jelas Sukardi akhir pekan lalu.
Menurut dia, cara ini masih perlu disempurnakan lebih lanjut. Kendalanya, tidak setiap saat embun muncul. Biasanya, embun akan muncul di pagi hari atau sore hari.
“Mungkin kalau dipasang lebih tinggi, lebih luas penampangnya, dan lebih banyak titiknya, air yang dikumpulkan juga akan lebih banyak,” jelas dia.
Sepertinya, cara ini cukup menjanjikan terutama bagi masyarakat Selo yang minim air bersih. Kebutuhan air bersih selama ini hanya mengandalkan pada sejumlah mata air atau tuk.
Di Lencoh sendiri menurut Sukardi, hanya terdapat satu tuk yaitu Tuk Tulangan, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga dua kadus.
Sementara lainnya, harus mengambil air dari Tuk Babon yang terletak di Desa Samiran. “Kalau kemarau kami sering kesulitan air bersih, sehingga butuh cara untuk mencukupi kebutuhan air,” terang dia.
0 komentar:
Posting Komentar