Home » , » Potensi Musuk : Menyulap Bunga Mawar menjadi Teh, Sirup dan Es Krim

Potensi Musuk : Menyulap Bunga Mawar menjadi Teh, Sirup dan Es Krim

Written By Boyolalikita on Rabu, 26 Oktober 2016 | 20.07.00

Bunga mawar adalah komoditas utama petani di wilayah Musuk. Sedikitnya ada empat desa penghasil mawar, yakni Cluntang, Mriyan, Kembangsari, dan Sruni.
Sayangnya, selama ini masyarakat Musuk tidak banyak memanfaatkan bunga mawar selain hanya untuk bunga tabur di kuburan maupun untuk ritual pernikahan. Saat sepi upacara adat, harga mawar jatuh menjadi Rp1.000/kilogram. Saat musim Sadranan, harga mawar naik jadi Rp3.000/kilogram.
Saat harga mawar jatuh, masyarakat tidak mau memanen bunganya hingga akhirnya dibiarkan layu dan busuk. Potensi ini menjadi bahan bagi pelaku UKM dan industri kreatif, Hendrati Sri Kristyaningsih, untuk berkreasi.
Sejak setahun lalu, Hendrati bersama petani mawar di Desa Cluntang, Kecamatan Musuk mulai berpikir agar mawar bisa dimanfaatkan dengan nilai ekonomi yang lebih baik. Mereka berpikir membuat teh mawar. Dia pun belajar tentang kandungan senyawa bunga mawar.
Di media Internet dan Youtube, dia tidak mendapatkan referensi yang memuaskan tentang pembuatan teh mawar. “Konon di Jepang ada teh kuncup mawar. Memang ada, saya temukan di Youtube tapi tidak ada cara pembuatannya. Akhirnya saya berpikir terus dan mencoba membuat teh mawar sama seperti cara membuat teh dari daun teh pada umumnya,” kata Hendrati, sebagimana dicopas dari Solopos.com, di kediamannya di Singkil,Boyolali Kota, belum lama ini.
Tidak semua bagian bunga mawar bisa dimanfaatkan. Yang bisa dimanfaatkan hanya bagian petal yakni daun bunganya yang berwarna merah sedangkan kelopak bunga dibuang karena menimbulkan rasa pahit.
Petal mawar dilayukan minimal selama dua hari dua malam. Setelah kering, petal digiles meggunakan tangan sampai petal mawar mengeluntung. Ada teknik khusus menggilas petal mawar kering agar tidak rusak dan pecah. Setelah itu didiamkan lagi selama dua malam, dan terakhir digoreng sangrai, menggunakan wajan kuali agar tidak mudah gosong.
“Selesai.Tidak ada campuran apapun, hanya mawar. Aromanya seperti minuman teh pada umumnya namun sedikit ada rasa sepet. Teh mawar bisa diseduh bersama dengan madu atau lemon sesuai selera,” ujar dia.
Kreasi teh mawar kini sedang dikembangkan kelompok tani di Desa Cluntang, Musuk. Meskipun caranya cukup mudah namun petani di Desa Cluntang rupanya harus berlatih berkali-kali agar hasilnya lebih maksimal. “Kebetulan budi daya utama masyarakat Cluntang adalah mawar. Sedikitnya ada 50 hektare lebih lahan yang digunakan untuk budidaya mawar,” kata petani asal Dukuh Bendolegi, Desa Cluntang, Suranto.
Kelompok wanita di Cluntang kini sedang belajar agar bisa memproduksi teh mawar lebih banyak lagi. “Setelah berhasil memproduksi, bapak-bapak dan ibu-ibu di Polsek Musuk jadi pelanggan pertama kami,” ujar dia.
Untuk saat ini, teh mawar dijual dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per 50 gram tanpa kemasan. Hendrati bersama petani Cluntang sudah membuat produk teh mawar yang dikemas agar nilai jualnya lebih tinggi.
Selain teh mawar, mereka juga berkreasi membuat sirup mawar dan es krim mawar. Mereka cukup mengambil sari mawar sebagai bahan utama. “Sirup mawar dibuat hanya dengan mengambil sari mawar dengan cara direbus dengan air, tambahkan gula pasir dan sedikit garam serta citrid acid, dan untuk kekentalan saya tambahkan rumput laut.”
Sama halnya dengan es krim, tinggal mengambil sari mawar saat susu sapi itu direbus. Kemudian di olah seperti membuat es krim pada umumnya. “Satu liter susu dan 200 gram mawar bisa jadi 4 kotak es krim, satu kotak saya jual Rp35.000,” imbuh Hendrati.
Hendrati mencoba mengonsumsi produk olahannya sendiri sebelum akhirnya dipasarkan. “Setelah minum teh mawar ini seperti ada aroma relaksasi karena manfaat mawar cukup banyak. Bisa sebagai sumber antioksidan, mengandung vitamin E, D, C, B3 A serta asam sitrat. Melancarkan sirkulasi darah, anti radang dan menetralisir racun.”
Penderita tekanan darah tinggi bisa mengurangi ketergantungan terhadap obat kimia jika rutin meminum teh mawar.
Saat ini, permintaan teh mawar mulai berdatangan dari berbagai kota besar. Sayangnya, mereka masih menemui kendala mengingat proses pembuatannya masih dilakukan manual. Mereka belum memiliki alat pengering mawar di satu sisi saat ini kondisi cuaca sering tidak mendukung.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger