Home » » Jangan Tertipu dengan Popularitas jika Menjadi Pemimpin

Jangan Tertipu dengan Popularitas jika Menjadi Pemimpin

Written By Boyolalikita on Selasa, 19 Januari 2016 | 20.36.00

Setiap akhir tahun, sebagian besar kampus mengadakan PEMIRA atau biasa disebut Pekan Pemilihan Raya. Walaupun tiap kampus berbeda namanya. Namun demikian, ini menjadi ajang sejumlah organisasi untuk mempercantik para kader-kadernya. Tujuannya tak lain untuk mencari dukungan berbagai pihak agar mereka para kader terpilih baik menjadi ketua BEM Universitas, Fakultas maupun jurusan.

Bicara PEMIRA, banyak hal yang harus diperhatikan agar ajang ini tidak dimanfaatkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Mereka mengambil kesempatan ini untuk menjual diri agar mendapat dukungan penuh dari mahasiswa. Sehingga, ia bisa melangkah menjadi pemimpin dan tentu akan berkuasa sesuai misinya.

Dalam Islam, tentu sudah diatur bagaimana seseorang untuk maju menjadi pemimpin. Sejatinya, tugas seorang pemimpin amatlah berat dan penuh tanggung jawab. Bukan hanya dunia, namun akhirat pun akan dimintai pertanggung jawaban. Beruntunglah para pemimpin yang amanah terhadap tugasnya. Sungguh Allah Maha Melihat segala sesuatu yang dilakukan hamba-Nya.

Mengemis menjadi pemimpin tentu tidak baik dalam Islam. Dikisahkan dari Abdurrahman bin Samurah, ia berkata suatu ketika Rosulullah SAW bersabda kepadanya : “Wahai Abdurrahman, janganlah meminta jabatan pemimpin, sebab jika diserahinya karena meminta maka semua menjadi tanggung jawabmu, dan sekiranya kamu diserahinya tanpa meminta maka kamu akan dibantu untuk menunaikannya…” (HR. Muslim ). Sungguh pertanggung jawaban itu akan membawamu pada dua hal, yaitu menuju surga atau malah terjerembab dalam neraka. Naudzubillah


Sahabat, menjadi pemimpin bukanlah masalah popularitas dan selalu tampil di depan public. Menjadi pemimpin adalah tugas kita semua. Karena, tiap diri kita adalah pemimpin untuk dirinya sendiri. Mengaktualisasi menjadi pemimpin butuh banyak proses yang dijalani dan belajar terus menerus. Proses menjadi pemimpin dimulai ketika kita mengenal Tuhan kita. Kita penuhi hak dan kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Lantas mulai menerapkan perbaikan diri tiap harinya agar terus menjadi lebih baik dan menjadi insan yang bertaqwa. Tentu Rosulullah mengajarkan kita menerapkan 4 hal, yaitu shiddiq, tabligh, amanah serta fatonah. Dengan demikian, pemimpin dalam Islam menjadi rahmatan lil alamin untuk semua makhluk-Nya.

Urgensi memilih pemimpin yang baik agamanya menjadi landasan utama agar tercipta kehidupan madani. Terutama untuk kampus, ini menjadi tombak awal segala bentuk kebijakan yang nantinya akan dirasakan ketika mulai dipimpin. Tentu pemimpin bukan hanya soal janji dan konsep yang cantik, Namun diperlukan aksi nyata untuk mewujudkan. Karena janji tanpa aksi hanya akan tersisa omong kosong. Jika demikian, apalah arti dari kampanye yang telah dibuat olehnya?

Dari sini kita tahu, bahwa sebagai mahasiswa bukan lagi asal memilih dan ikut sana sini. Namun, harus berpikir kritis terhadap calon-calon pemimpinnya. Karena pilihan kita sangat berarti, dan menjadi awal berhasil atau tidaknya para pemimpin Dewan Eksekutif Mahasiswa untuk berjuang dan bukan sekadar janji biasa.

dakwatuna
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger