Sejak masuk Tahun 2016, setiap hari hampir selalu ada anak penderita demam berdarah dengue (DBD) yang masuk bangsal anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Arang, Boyolali. Keterlambatan identifikasi fase penyakit DBD menjadi salah satu penyebab jatuhnya korban meninggal dunia serangan DBD.
Dokter anak RSUD Boyolali, Nur Alifah, Kamis (14/1) menjelaskan, sejak awal bulan Januari hingga Rabu (13/1) kemarin, tercatat sebanyak 12 anak penderita DBD dirawat di bangsal anak RSUD. Sementara untuk jumlah anak penderita DBD yang meninggal dalam periode yang sama sebanyak 2 anak. Jumlah penderita serta korban meninggal tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu dalam periode yang sama.
Namun dari 12 anak yang saat ini dirawat, saat ini semuanya dalam kondisi kesehatan mereka sudah baik. Fase kritis mereka telah terlewati. "Saban hari selalu ada anak yang masuk ke RSUD karena DBD," terang Alifah.
Dipaparkannya, anak penderita DBD yang masuk ke RSUD kebanyakan sudah dalam kondisi menderita fase berat atau kritis yang pertolongan medisnya cukup sulit disebabkan keterlambatan dalam mengidentifikasi fase awal anak yang terserang DBD. Sementara rentang usia yang paling rawan menderita DBD hingga fase kritis adalah anak di usia 3 sampai 5 tahun. Selain keterlambatan identifikasi, daya tahan tubuh balita juga masih lemah. Sebab tak semua infeksi virus dengue menyebabkan DB yang berat. Dua faktor tersebut diperkirakan menjadi penyebab adanya dua kasus balita yangmeninggal akibat DBD beberapa waktu lalu.
"Rumah sakit biasanya menerima penderita DBD yang kondisinya sudah fase kritis dan unpredictable. Mungkin hal itu disebabkan kekurangtahuan dalam mengidentifikasi penyakit DBD dalam fase awal," tambahnya.
Alifah berujar, anak-anak penderita DBD yang dirawat di RSUD kebanyakan berasal dari wilayah Boyolali utara seperti Kecamatan Kemusu, Karanggede, Nogosari, dan Simo.
Kabid Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Ahmad Muzayin sebelumnya mengatakan, merebaknya virus dengue yang dibawa nyamuk diperkirakan akan berlangsung hingga Maret mendatang sesuai dengan kondisi cuaca. Untuk mencegah bertambahnya korban jatuh akibat DBD, masyarakat diimbau mengenali fase serangan DBD yang prosesnya seperti pelana kuda. jangan sampai penderita baru mendapat perawatan medis saat sudah masuk fase kritis.
Kr
Dokter anak RSUD Boyolali, Nur Alifah, Kamis (14/1) menjelaskan, sejak awal bulan Januari hingga Rabu (13/1) kemarin, tercatat sebanyak 12 anak penderita DBD dirawat di bangsal anak RSUD. Sementara untuk jumlah anak penderita DBD yang meninggal dalam periode yang sama sebanyak 2 anak. Jumlah penderita serta korban meninggal tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu dalam periode yang sama.
Namun dari 12 anak yang saat ini dirawat, saat ini semuanya dalam kondisi kesehatan mereka sudah baik. Fase kritis mereka telah terlewati. "Saban hari selalu ada anak yang masuk ke RSUD karena DBD," terang Alifah.
Dipaparkannya, anak penderita DBD yang masuk ke RSUD kebanyakan sudah dalam kondisi menderita fase berat atau kritis yang pertolongan medisnya cukup sulit disebabkan keterlambatan dalam mengidentifikasi fase awal anak yang terserang DBD. Sementara rentang usia yang paling rawan menderita DBD hingga fase kritis adalah anak di usia 3 sampai 5 tahun. Selain keterlambatan identifikasi, daya tahan tubuh balita juga masih lemah. Sebab tak semua infeksi virus dengue menyebabkan DB yang berat. Dua faktor tersebut diperkirakan menjadi penyebab adanya dua kasus balita yangmeninggal akibat DBD beberapa waktu lalu.
"Rumah sakit biasanya menerima penderita DBD yang kondisinya sudah fase kritis dan unpredictable. Mungkin hal itu disebabkan kekurangtahuan dalam mengidentifikasi penyakit DBD dalam fase awal," tambahnya.
Alifah berujar, anak-anak penderita DBD yang dirawat di RSUD kebanyakan berasal dari wilayah Boyolali utara seperti Kecamatan Kemusu, Karanggede, Nogosari, dan Simo.
Kabid Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Ahmad Muzayin sebelumnya mengatakan, merebaknya virus dengue yang dibawa nyamuk diperkirakan akan berlangsung hingga Maret mendatang sesuai dengan kondisi cuaca. Untuk mencegah bertambahnya korban jatuh akibat DBD, masyarakat diimbau mengenali fase serangan DBD yang prosesnya seperti pelana kuda. jangan sampai penderita baru mendapat perawatan medis saat sudah masuk fase kritis.
Kr
0 komentar:
Posting Komentar