Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mempertanyakan sumber dana untuk menggulir turnamen Piala Kemerdekaan. Sebab dana yang dibutuhkan Tim Tranisisi untuk menggelar Piala Kemerdekaan tidaklah sedikit.
Hal ini dilihat dari dana match fee sebesar Rp 50 juta per pertandingan. Jumlah tersebut bakal bertambah apabila klub mampu lolos ke babak delapan besar, yakni Rp 75 juta dan semifinal Rp 100 juta.
Maka dengan demikian, wajar jika PSSI mempertanyakan sumber dana sebesar itu. Apalagi dengan format turnamen yang belum jelas, baik dari sisi sponsor maupun pesertanya. Tentunya jika turnamen tersebut berhasil digulirkan pihak PSSI akan melaporkan ke pihak berwajib.
“Kalau saya biarkan saja Piala Kemerdekaan itu bergulir. Namun setelah bergulir akan saya laporkan ke pihak berwajib," kata Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, Ahad (5/7).
Selain itu, La Nyalla juga menuding jika peserta turnamen Piala Kemerdekaan adalah klub abal-abal. Sebab tidak semua peserta yang diklaim oleh Tim Transisi adalah asli klub penghuni Divisi Utama (DU), seperti Persibo Bondowoso.
Bahkan ada sejumlah klub yang namanya dicantumkan sebagai peserta Piala Kemerdekaan, justru saat dikonfirmasi kepada klub yang bersangkutan mereka tidak mengakui keikutsertaannya.
Sementara itu, Direktur Hukum PSSI, Aristo Pangaribuan mengatakan jika menggunakan dana APBN tidak mungkin. Sebab tahun anggaran 2015, tidak ada pos untuk menganggarkan turnamen Piala Kemerdekaan. Begitu juga dengan dan melalui sponsor, harus melalui beberapa tahap yag tak bisa langsung.
“Sedangkan jika menggunakan dana sponsor, pemerintah tidak bisa langsung menerima,” kata Aristo di kesempatan yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar