Home » » Pengembangan Ekowisata bunga Mawar di Mriyan Musuk

Pengembangan Ekowisata bunga Mawar di Mriyan Musuk

Written By Boyolalikita on Rabu, 01 Maret 2017 | 22.34.00

Pemerintah Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali tengah mengembangkan kampung wisata berbasis pelestarian lingkungan alam. Desa yang dikenal sebagai penghasil komoditas pertanian bunga mawar ini menyimpan potensi alam yang masih perawan di kaki Gunung Bibi atau di sisi timur puncak Merapi.
Kepala Desa Mriyan Suwandi mengatakan, pengembangan desa ekowisata ini nantinya akan mengeksplorasi potensi alam desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Sebagai langkah awal, pihaknya sudah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

"Pertama yang kita andalkan pemandangan alamnya. Karena Mriyan ini berjarak 4,5 kilometer dari puncak Merapi, masih banyak potensi alam yang masih asri masuk di wilayah TNGM. Seperti tebing ekstrim gupit, batu lapak (watu jodo), batu apit, dan grojogan indah Suroloyo. Apalagi warga sepakat untuk menolak masuknya galian C," kata Suwandi, Rabu (1/3).
Jumlah penduduk Desa Mriyan mencapai 2439 jiwa atau 816 Kepala Keluarga yang tersebar di 14 dukuh. Mereka mengandalkan pertanian tembakau dan sayur mayur sebagai penghasilan sehari-hari.
Selain itu, sejak puluhan tahun Desa Mriyan juga dikenal sebagai penghasil bunga mawar. Maka jika memasuki desa berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat kota Boyolali itu akan disuguhi pemandangan aneka warna Mawar di depan halaman rumah warga.
Menurut Suwandi, selama ini hasil panen bunga mawar untuk memasok kebutuhan masyarakat di Solo raya dan Yogyakarta menjelang tradisi Sadranan. Sebuah tradisi ziarah makam yang dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan.
Guna mendukung konsep ekowisata, pihaknya juga mengembangkan budidaya bunga Krisan yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT) Dukuh Montong.
"Baru 8 pekan kita coba budidayakan. Sebanyak 8.000 bibitnya kita datangkan dari seseorang warga Sleman. Jika sudah berbunga, dia siap menampung dan memasarkannya. Siapa tahu bunga Krisan ini bisa meningkatkan pendapatan ekonomi warga," ujar dia.
Perwakilan KWT Dukuh Montong, Sutarti (28) menambahkan, percobaan budidaya Krisan itu dikelola oleh 23 orang. Secara terjadwal, tiap pagi mereka bergiliran untuk menyiram. Sedangkan setiap hari Rabu mereka berkumpul untuk melakukan penelitian. Di antaranya, mengukur ketinggian batang, daun, hingga memberantas gulma.
"Kalau Krisan ini lebih mahal harga jualnya dibandingkan bunga mawar tabur. Biasanya digunakan untuk dekorasi maupun karangan bunga. Yang kita tanam ada warna kuning, putih, dan pink. Nanti kalau percobaan ini berhasil akan kita tanam lebih banyak lagi," bebernya.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger