Rumah Terbalik Indonesia dikembangkan Gandung Sutriyono, pemuda 35 tahun asal Kelurahan Kemiri, Mojosongo, Boyolali. Dia menyulap lahan kosong berukuran 15 meter x 15 meter yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai lahan parkir menjadi tempat yang lebih produktif.
Sebagai warga Kota Susu, dia ingin menghadirkan wahana baru yang saat ini sedang nge-hits di semua kalangan, terutama remaja. “Ya, wahana untuk foto-foto sekarang kan sedang naik daun,” ujar Gandung.
Dia ingin ikut mempromosikan Boyolali dengan menyediakan wahana foto tersebut. “Setelah berfoto mereka pasti akan mengunggah hasil fotonya ke media sosial.”
Baru sepekan beroperasi, Rumah Terbalik Indonesia sudah dikunjungi 2.000-an orang. Mereka tidak hanya dari Boyolali tetapi banyak juga yang dari luar kota. Akhir pekan lalu, antusiasme pengunjung tak terbendung. Pengunjung harus antre untuk berfoto.
“Kalau di dalam sudah ada 100 orang, kami tahan dulu sebagian untuk antre di luar.”
Menurut Gandung, wahana rumah terbalik baru ada di kota besar seperti Malaysia, Singapura, Bandung, Jogja, dan Bali. “Biarpun Boyolali adalah kota kecil, tapi kami tak mau ketinggalan, Boyolali juga bisa eksis dengan wahana semacam ini.”
Manajemen terus mempromosikan wahana itu melalui media sosial terutama Instagram. Rumah Terbalik Indonesia harapannya bisa menjadi destinasi alternatif saat wisatawan berkunjung ke Boyolali. “Biasanya kalau selesai berfoto-foto di sini, pengunjung akan bergeser ke sapindekem.” solopos
0 komentar:
Posting Komentar