Hadi Sutarno, tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, muasal tradisi ini sudah berlangsung sejak dukuh Mlambong ada. Berdasarkan kearifan lokal warga setempat, tradisi tersebut adalah wujud syukur atas keberadaan sapi yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Maklum saja, dukuh setempat dikenal sebagai penghasil susu. Sedang Boyolali sendiri menempatkan sapi dan susu sebagai ikon wilayah.
Masih terkait tradisi tersebut, lanjutnya, di masyarakat setempat ada kepercayaan, pada hari ke tujuh lebaran, Nabi Sulaiman akan memeriksa sapi-sapi yang ada. Sehingga masyarakat mesti mempersiapkan sapinya dengan baik.
Tapi terlepas dari cerita tersebut, tradisi lebaran sapi ini dipertahankan masyarakat sebagai bentuk nguri-uri budaya leluhur. "Dari sapi dan hewan ternak lain, kami bisa menyambung hidup. Jadi tradisi ini bisa disebut sebagai penghargaan kami kepada peran sapi yang vital di kehidupan masyarakat sini," terang Suwarnu.
Aji (36) warga Manahan, Solo, yang khusus datang untuk menyaksikan perayaan tersebut mengatakan, tradisi Lebaran Sapi ini merupakan hal langka, dimana dalam sehari, pemilik ternak mengutamakan hewan ternaknya daripada dirinya sendiri. "Kearifan lokal seperti ini yang mesti dijaga agar tidak punah," tandasnya
Sapi ternyata punya hari istimewa. Di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, sapi dimanjakan dalam sehari, Senin (4/8). Mereka dimandikan, diberi pakan istimewa, diberi wangi-wangian, dijemur, dan akhirnya diarak keliling dukuh.
Kr
0 komentar:
Posting Komentar