Pencoblosan putaran kedua Pilgub DKI telah usai dilaksanakan, Rabu (19/4) kemarin. Berdasarkan hasil penghitungan cepat sejumlah lembaga survei, pasangan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno berhasil menaklukkan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat.
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei rata-rata mencatat Anies-Sandiaga meraih 58 persen suara, sementara Ahok-Djarot 42 persen perolehan suara. Anies-Sandi merupakan pasangan calon yang diusung Partai Gerindra dan PKS.
Koalisi dua parpol itu berhasil menaklukkan koalisi parpol pendukung Ahok-Djarot yakni PDIP, Golkar, Hanura, NasDem, dan PPP kubu Djan Faridz.
Jika dilihat dari sejarahnya, sejak Pilgub DKI dilakukan secara langsung pada 2007, baru kali ini jago yang diusung PKS berhasil menang. Sementara Gerindra pada 2012, berhasil memenangkan jago yang diusungnya kala itu yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Pada 2007, Pilgub DKI kali pertama dilakukan secara langsung. Saat itu, ada dua pasangan calon yang maju yakni Fauzi Bowo (Foke)-Prijanto melawan Adang Daradjatun-Dani Anwar
Foke-Prijanto dicalonkan 19 partai politik yakni Partai Demokrat, PDIP, Golkar, PAN, PPP, PDS, PBR, PKPB, PBB, Partai Patriot Pancasila, PPNUI, Partai PDK, PKPI, PPDI, Partai Pelopor, PNI Marhaenisme, PBSD, Partai PIB, dan PPD. Sementara, Adang Daradjatun-Dani Anwar, hanya didukung oleh PKS.
Saat itu, PKS memiliki kekuatan di DPRD DKI sebanyak 24.0 persen kursi, hasil dari perolehan 23.3 persen suara di Pemilu 2004. Karenanya, PKS memenuhi syarat buat mencalonkan sendiri calonnya di Pilgub DKI.
Sementara, gabungan parpol yang 'mengeroyok' PKS kala itu memiliki kekuatan 70.7 persen kursi DPRD DKI. Alhasil, jago PKS pun keok kala itu.
Meski demikian, jago PKS tak kalah telak saat itu. Perbedaan suara antara kedua calon hanya 15.8 persen. Padahal, PKS hanya sendirian dan dikeroyok gabungan 19 parpol. Foke-Prijanto meraih 57.9 persen suara. Sementara Adang-Dani 42,1 persen suara. PKS pun gagal memenangkan calonnya di Pilgub DKI 2007.
Lima tahun kemudian yakni 2012, Pilgub DKI kembali digelar. Kali ini pasangan calon yang bertarung memperebutkan kursi panas DKI jauh lebih banyak yakni enam pasangan calon.
Enam pasangan calon itu yakni; Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara), Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria, Faisal Basri-Biem Triani Benjamin dan Alex Noerdin-Nono Sampono.
Saat itu, Foke-Nara didukung gabungan tujuh parpol yakni Partai Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB dan PKNU. Jokowi-Ahok didukung PDIP dan Gerindra. Sementara Hidayat-Didik didukung oleh PKS.
Alex Noerdin-Nono Sampono didukung gabungan lima parpol yakni Golkar, PPP, PKPB, Partai Patriot dan PNI Marhaenisme. Sementara Hendardji-Ahmad Riza Patria dan Faisal Basri-Biem Benjamin sama-sama maju dari jalur independen.
Di Pilgub DKI 2012 ini, PKS kembali gagal memenangkan jagonya menduduki kursi DKI 1. Jago PKS, Hidayat-Didik tumbang di putaran pertama. Hidayat-Didik hanya menempati posisi ketiga pada putaran pertama.
Sementara, Foke-Nara dan Jokowi-Ahok lolos ke putaran kedua, dan berujung pada kemenangan Jokowi-Ahok.
Namun, hasil berbeda diraih PKS di Pilgub 2017. Seperti diketahui, pencoblosan telah dilakukan Rabu kemarin. Alhasil, berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, Anies-Sandi yang notabene diusung PKS dan Gerindra berhasil menaklukkan calon petahana Ahok-Djarot.
PKS bersama Gerindra pun berhasil merebut kursi DKI 1 di Pilgub DKI 2017. Rupanya butuh tiga kali Pilgub buat PKS berhasil membawa calon gubernurnya menguasai Ibu Kota negara. Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar