Home » , » Tampah yang Makin Tersisih, dijadikan Alternatif Medium Lukis oleh Ki Djoko Sutedjo

Tampah yang Makin Tersisih, dijadikan Alternatif Medium Lukis oleh Ki Djoko Sutedjo

Written By Boyolalikita on Senin, 31 Oktober 2016 | 02.18.00

Berawal dari keprihatianan melihat makin jarangnya tampah yang makin tergusur oleh bahan lain semisal plastik dan logam, seorang pelukis di Desa Bade, Kecamatan Klego, Ki Djoko Sutedjo, menggunakan perabot rumah tangga tradisional yang terbuat dari anyaman bambu, sebagai media untuk melukis.

Perihal penggunaan tampah sebagai media lukis, Ki Djoko mengatakan jika penggunaan media tersebut untuk menambah nilai dan kegunaan tampah yang biasanya hanya digunakan untuk membantu proses masak – memasak di dapur saja. Eman-eman melihat kondisi tersebut, ia pun mencoba bereksperimen menggunakan tampah sebagai media alternatif untuk melukis.
  Tekstur tampah yang terbuat dari bambu yang berserat ternyata sangat cocok sebagai salah satu media lukis. Terlebih bentuk tampah yang melingkar dengan berbagai corak anyaman menambah nilai artistik dari lukisan itu sendiri. Baginya, tampah tak sekedar perabot rumah tangga, tapi sebuah karya seni.
“Syukur-syukur sekalian mensosialisasikan tampah agar banyak dipakai kembali oleh masyarakat. Sebab penggunaan tampah saat ini makin tergusur oleh perabot berbahan plastik atau logam karena memang lebih awet,” kata Djoko, Minggu (30/10/2016).
Selain sebagai upaya mempertahankan eksistensi tampah, media tersebuit dipilih juga karena ramah lingkungan dan tentunya lebih murah dari kanvas. Tampah juga mudah ditemukan di banyak pasar-pasar tradsional. Dengan sedikit imajinasi, tak hanya untuk media lukis, sambung Ki djoko, tampah bisa diubah menjadi hasil seni yang mempunyai nilai artistik tinggi.   
Satu hal yang unik, dalam 30 tahun kterakhir hidupnya yang didedikasiakn dalam dunia lukis, Djoko konsisten hanya melukis tokoh-tokoh pewayangan saja, terutama tokoh semar. Dalam tiga dekade tersebut, ribuan karya telah dihasilkan. Ia juga pernah mendapat rekor MURI saat melukis lukisan semar terkecil serta lukisan wajah semar terbanyak.
Di masa senjanya saat ini, pria kelahiran 1953 tersebut sejak beberapa bulan pulang ke tanah kelahirannya dan membuka sanggar lukis dan menyalurkan bakatnya kepada anak-anak sekitar rumahnya. Kr
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOYOLALI KOMUNITAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger