Gunung Merapi sering mengembuskan asap solfatara. Bahkan setiap saat asap keluar dari puncak gunung meskipun tidak tebal.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, karena Merapi adalah gunung aktif, keluarnya asap itu merupakan hal yang rutin.
"Kalau asapnya putih tebal, akibat dari hujan," kata Subandriyo, Sabtu, 9 Mei 2015.
Adanya asap solfatara itu tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat di sekitar. Namun, karena di wilayah rawan bencana, masyarakat diminta hati-hati dan selalu waspada meskipun status gunung masih normal.
Menurut Subandrio, kondisi Merapi seperti ini tidak karena pengaruh gempa bumi di beberapa tempat di Indonesia seperti di Sumatera Utara, pada Jumat, 8 Mei 2015.
Pascaerupsi besar 2010, Merapi belum menampakkan aktivitas yang mengarah ke letusan. Padahal banyak orang menganggap gunung itu meletus setiap empat tahun atau siklus empat tahunan.
Subandriyo mengatakan tidak ada siklus empat tahunan erupsi Merapi. Namun memang ada perulangan erupsi tetapi waktunya tidak pasti.
Jika dikatakan siklus, maka berhubungan dengan kejadian yang teratur. Sedangkan waktu erupsi gunung itu tidak teratur dan tidak tentu waktunya.
Keluarnya asap solfatara juga terdeteksi terjadi pada Jumat sore. Asap putih tebal muncul dari rekaman ladang solfatara. Juga pada pada 6 Mei, dan 7 Mei asapnya mencapai ketinggian seratus meter.
Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Heri Suprapto, mengatakan, asap solfatara ini memang terlihat dari wilayahnya. Warga sekitar tidak terlalu terganggu dan tetap beraktivitas seperti biasa.
"Kami sebagai warga selalu siap jika ada tanda-tanda erupsi," kata Subandrio.
Tempo
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, karena Merapi adalah gunung aktif, keluarnya asap itu merupakan hal yang rutin.
"Kalau asapnya putih tebal, akibat dari hujan," kata Subandriyo, Sabtu, 9 Mei 2015.
Adanya asap solfatara itu tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat di sekitar. Namun, karena di wilayah rawan bencana, masyarakat diminta hati-hati dan selalu waspada meskipun status gunung masih normal.
Menurut Subandrio, kondisi Merapi seperti ini tidak karena pengaruh gempa bumi di beberapa tempat di Indonesia seperti di Sumatera Utara, pada Jumat, 8 Mei 2015.
Pascaerupsi besar 2010, Merapi belum menampakkan aktivitas yang mengarah ke letusan. Padahal banyak orang menganggap gunung itu meletus setiap empat tahun atau siklus empat tahunan.
Subandriyo mengatakan tidak ada siklus empat tahunan erupsi Merapi. Namun memang ada perulangan erupsi tetapi waktunya tidak pasti.
Jika dikatakan siklus, maka berhubungan dengan kejadian yang teratur. Sedangkan waktu erupsi gunung itu tidak teratur dan tidak tentu waktunya.
Keluarnya asap solfatara juga terdeteksi terjadi pada Jumat sore. Asap putih tebal muncul dari rekaman ladang solfatara. Juga pada pada 6 Mei, dan 7 Mei asapnya mencapai ketinggian seratus meter.
Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Heri Suprapto, mengatakan, asap solfatara ini memang terlihat dari wilayahnya. Warga sekitar tidak terlalu terganggu dan tetap beraktivitas seperti biasa.
"Kami sebagai warga selalu siap jika ada tanda-tanda erupsi," kata Subandrio.
Tempo
0 komentar:
Posting Komentar