“Tim Prabowo Salah Data” demikian headline Kompas (12/8/2014), sementara di pojok halaman 1 Koran Sindo tertulis judul berita “Kotak Suara Dibuka, Alat Bukti KPU Ilegal”.
Setiap hari kita dijejali dengan pemberitaan dari banyak media. Baik media koran, online, televisi dan radio menyesaki ruang publik. Hingga kadang kita hanya sempat membaca judul dari setiap berita-berita tersebut tanpa sempat membaca isinya. Kadang, kita anggap judul itulah fakta yang terjadi.
Dalam kasus berita di atas, Kompas tampak konsisten sejak pemilihan presiden digelar memberikan arah dukungan melalui pemberitaan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sementara itu, Koran Sindo secara konsisten memberitakan hal-hal yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Kecenderungan berpihak dari media-media di Indonesia pada pilpres tahun 2014 memang sangat menyolok dibanding pada pilpres-pilpres sebelumnya.
Media dalam sistem politik adalah salah satu sarana sosialisasi. Ia membentuk nilai-nilai politik yang menunjukkan bagaimana seharusnya anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya (Colin MacAndrews, 2008:42). Sementara akademisi Universitas Airlangga, Siti Aminah berpendapat bahwa media adalah sebuah institusi dan aktor politik yang memiliki hak. Berikutnya, media dapat memainkan berbagai peran politik diantaranya mendukung proses transisi demokrasi dan melakukan oposisi (http://journal.unair.ac.id 14 Maret 2012).
Bisa dikatakan, apa yang dilakukan Kompas, Koran Sindo maupun media-media lain dalam membentuk nilai politik di tengah audiencenya adalah sah. Meski demikian hal tersebut tidak menghilangkan prinsip media untuk menghadirkan informasi yang berimbang atau cover both side jika suatu informasi melibatkan lebih dari satu pihak dan dikhawatirkan bila hanya mengambil pendapat atau informasi dari satu pihak saja akan menghilangkah fakta adanya pendapat lain.
Sebagai konsumen media, maka audience baik itu pembaca, pemirsa atau pendengar, tinggal memilih dan memilah informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya menilai apakah media cukup melaksanakan tugas cover both side atau tidak. Dan tidak ada salahnya untuk mempelajari motif media dalam memperjuangkan nilai atau tokoh yang diusungnya sehingga kita mendapatkan pemahaman menyeluruh mengapa media memilih untuk berpihak.
Langkah lebih maju adalah berusaha untuk menjadi produsen informasi. Menjadi pewarta dan pemberi informasi saat ini sangat dimungkinkan dengan berkembangnya media sosial, seperti facebook, twitter, path dan lain-lain. Tentu saja dengan tetap mengedepankan prinsip kebaikan untuk bersama, prinsip keberimbangan informasi dan standard penulisan yang mudah dipahami khalayak.
Berpihak adalah pilihan. Bila kita memiliki prinsip dan pilihan politik yang mesti diperjuangkan, manfaatkanlah media untuk menyampaikannya. Gunakan ruang publik secara bijak tanpa mesti menjadi pencemooh bagi orang yang memiliki pilihan lain.
Penulis: Dedi Supriadi
0 komentar:
Posting Komentar