Masyarakat Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali, membudidayakan tanaman Labu Golden Mama di pekarangannya. Selain karena memiki nilai ekonomis yang cukup tinggi, juga karena dapat memperindah pemandangan di pekarangan.
Pengurus Desa Wisata, Haris Budiarto, Kamis (5/6) menjelaskan, pengembangan Labu Golden Mama merupakan bagian dari programKetahanan Pangan lestari, dengan mengoptimalkan lahan pekarangan untuk lahan bahan pangan.
Warga desa memilih mengembangkan Labu Golden Mama karena memiliki nilai ekonomis yang lumayan dan dapat menarik minat wisatawan.
Meski buahnya tak terlalu besar, warna orange yang bersih saat labu matang menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih tanaman labu ini merambat di talang, sehingga buahnya bergelantungan dan mencolok mata. Tekstur labu ini juga lebih kenyal dari labu biasa."Bibitnya diberi gratis oleh pemerintah. Kami juga mendapat bantuan dari penyuluh untuk cara penananam," ujar Haris.
Hasil pengembangan dan budi daya Labu Golden Mama di pekarangan rumah, cukup memuaskan. Wisatawan yang sedang berkunjung ke desa tertarik dengan labu itu.
"Warga akhirnya memasukkan pemetikan dan pengolahan labu dalam satu paket wisata. Jika dijual di Pasar, nilainya Rp 8.500 per kilo. Sementara untuk wisatawan, kalau untuk petik sendiri harganya bervariasi," tambah Haris.
Sulastri (47) warga setempat yang ikut menanam labu di pekarangan rumahnya menjelaskan, Labu Golden Mama bisa dipanen setelah masa tanam 3 bulan. Selain di halaman rumah, ada warga yang mulai mencoba menanam labu ini di ladang, sebab nilai ekonomisnya tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar