ENTAH sampai kapan, PT Lion Mentari Airlines, berhenti melakukan gebrakan. Begitu sejumlah analis bisnis penerbangan berujar.
Ya, sampai kapan? Soalnya, sepanjang dua tahun terakhir ini, perusahaan berlogo singa terbang ini, begitu menggebu-gebu melakukan ekspansi. Beberapa waktu lalu, misalnya, Lion memborong lima pesawat Boeing 787 Dreamliner senilai US$ 967,5 juta. Lima pesawat berbadan lebar ini diperuntukkan bagi maskapai Batik Air, yang akan beroperasi pada Maret 2013 ini.
Menurut Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, nantinya, maskapai anak usaha Lion ini, akan melayani rute-rute internasional jarak menengah, antara lain penerbangan ke Jepang, Korea Selatan, China, Australia, dan Timur Tengah. “Sebanyak 40% akan melayani penerbangan domestik,” ujar Edward.
Menurut Edward, tahun ini pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan pola perpindahan penumpang pesawat dari low cost carrier (LCC) ke layanan full service bakal naik 15%. Inilah yang diincar Batik. "Kami akan maksimalkan rute-rute kombinasi domestik dan internasional agar harga yang kami tawarkan bisa bersaing dan biaya per unit yang lebih rendah," katanya.
Untuk memanjakan para penumpangnya, Batik Air menyediakan fasilitas Wi-Fi (wireless fidelity) dan telepon. Nah, nantinya penumpang bisa membuka internet atau menelepon dari atas pesawat.
Si singa tak berhenti mengaum hanya sampai di sini. Sebelumnya, Lion menawarkan layanan baru berupa penyewaan jet pribadi lewat PT Angkasa Super Service. Layanan jet pribadi tersebut berlogo Bizjet.
Pesawat yang akan digunakan untuk layanan tersebut adalah Hawker 900 XP. Pada awal pengoperasian, Lion akan menggunakan dua pesawat Hawker XP dengan nilai investasi sebesar US$ 40 juta.
Kata Edward, saat ini bisnis penyewaan jet pribadi punya peluang yang cukup besar, khususnya bagi kalangan pebisnis. ‘Kami optimistis bisnis ini dapat terus berkembang,” katanya.
Logistik Darat
Indonesia memang pasar yang menggiurkan dengan jumlah penduduk sebanyak 240 juta orang. Bukan hanya banyak, tapi jumlah kelas menengahnya juga meningkat. Bank Dunia menyebutkan, 56,5% dari 240 juta populasi Indonesia masuk kategori kelas menengah. Kategori kelas menengah versi Bank Dunia adalah mereka yang membelanjakan uangnya US$ 2 (sekitar Rp 18.000) sampai US$ 20 (sekitar Rp 180.000) per hari. Artinya, saat ini ada sekitar 134 juta warga kelas menengah di Indonesia.
Nah, sudah bisa dibayangkan tertariknya pabrikan pesawat memasuki pasar udara di Indonesia. Apalagi ketika Asean Open Sky diberlakukan pada 2015 nanti. Saat itu diperkirakan, jumlah penumpang bisa mencapai 100 juta orang. "Indonesia paling menggiurkan untuk transportasi udara. Pertumbuhan penumpang kita sekitar dua sampai tiga tahun lagi bisa jadi yang tertinggi di dunia," kata pengamat penerbangan, Chappy Hakim.
Inilah pasar yang diincar Lion dan perusahaan penerbangan lainnya. Namun, Lion agaknya lebih jeli melihat pasar. Untuk menunjang bisnis angkutan udara, Lion sudah siap-siap memasuki bisnis angkutan logisitik darat. Beberapa waktu lalu, mereka meneken kerja sama dengan perusahaan bus dan truk asal India, Leyland.
Bagi Lion bisnis angkutan logistik darat sangat menjanjikan. Soalnya, tidak semua wilayah di Indonesia terjangkau dengan pesawat. "Kami ambil contoh daerah seperti Cirebon dan Purwakarta, sangat potensial jika bisa langsung melayani penumpang dari dan menuju bandara," ujar Edward.
Masuk ke Malaysia
Dan, gebrakan yang masih hangat adalah masuknya Lion ke pasar udara Malaysia. Lewat bendera Malindo Airways, Lion akan menantang dominasi penguasa bisnis penerbangan berbayar murah atau Low Cost Carrier (LCC) asal negeri jiran ini, AirAsia. Keduanya berupaya menggaet pangsa pasar Asia Tenggara yang memang tengah tumbuh seiring pendapatan masyarakat yang meningkat.
Malindo Airways adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh National Aerospace and Defense Industries (NADI) dan Lion Air. Dalam perusahaan patungan ini, NADI memiliki saham 51% dan Lion Air 49%.
Nah, bulan Mei tahun ini, Malindo Airways mulai melayani penerbangan dengan rute sejumlah daerah di Indonesia dan Malaysia. Kabarnya, Kuala Lumpur akan dijadikan pusat penerbangan ke negara-negara ASEAN dan Asia lainnya, seperti China dan India. “Kami mempersiapkan 12 armada Boeing 727. Jumlah ini akan bertambah menjadi 100 unit dalam satu dekade mendatang,” ujar Presiden Direktur PT Lion Mentari Airlines, Rusdi Kirana, beberapa waktu lalu.
Tentu saja, tiket yang dibanderol Malindo Airways bakal murah. Bahkan, kata Rusdi, tiket yang dijual bisa lebih rendah ketimbang tiket AirAsia. "Kita akan menawarkan harga tiket yang lebih rendah atau minimal sama dengan AirAsia," kata Rusdi.
Kelebihan lain yang ditawarkan Malindo Airways adalah layanan full service, seperti hiburan dalam pesawat atau in-flight entertainment, makanan ringan dan fasilitas Wi-Fi.
Namun, masuknya Malindo Airways ke bisnis penerbangan berbayar murah, tak membuat AirAsia gentar. "Kita memiliki pangsa pasar besar. Kita siap untuk pemain baru, kita menyambut mereka," kata CEO AirAsia Tony Fernandes.
Ucapan Tony menandakan, kini Lion Air dan AirAsia, sudah saling berhadapan.
Selengkapnya, artikel ini bisa disimak di majalah InilahREVIEW edisi ke-30 Tahun II yang terbit Senin, 25 Maret 2013. Lion Air
0 komentar:
Posting Komentar